Gifu – Takayama


Suhu udara yang hanya berkisat 5°C pada awal musim dingin di Jepang tidak menghaliangi kesenangan mengalami sisa-sisa kbesaran masa lalu di Prefektur Gifu. Rombongan kecil para wartawan dan engara teropis-tiga wartawan dari Indonesia dan tiga wartawan dari Malaysia yang diundang Chubu District Transport Bureau-justru menikmati jalan-jalan di  tengah-tengah hawa dingin, bahkan hujan salju, awal Desember 2017.
Jepang bagain tengah ini memang belum sepopuler tujuan wisata utama lainnya di Tokyo, Kyoto, atau Osaka. Padahal, Gifu pernah menjadi kawasan penting di Jepang kareana menghubungkan wilayah timur dan barat. Inilah sekilas gambaran daerah yang menyebut diri jantung Jepang.
Kamis (7/12) Pukul 13.30 Kawaramachi
Setelah mendarat di Badnara Chubu Centrair di Nagoya, perjalanan dipersiapkan untuk menuju Prefektur Gifu. Dengan kereta limited express hanay perl uwaktu tak lebih dari 25 menit untuk tiba di pusat kota Gifu, ibu kota Prefektur Gifu.
Tujuan pertama adalah kawsan ktoa tua kawaramachi di tepi Sungai nagaragawa. Semasa pemerintahan Oda Nobunaga (1534-1582), kawasan itu terkenal sebagai pelabuhan sungai. Para pedagang datang dan pergi untuk berniaga.
Hirayama, pemandu sukarela kawasan Kawaramachi, menuturkan, deretan ruma huta di sepanjang jalan utama itu dulu digunakan untuk kegiatan keuangan. Saat ini, rumah-rumah tua peninggalan  para pedagang tiu masi hbediri kokoh dan indah dengna pintu atau dinding bergaris-garis dari kayu. Atmosfer masa lampau masih kental terasa di jalan sepanjagn sekitar 1 km tersebut.
Kini, dengan bangunan di sepanjagn jalan itu berubnah wajah menjadi toko, restoran, dan kafe modern untuk menarik wisatawan. Banyak kerajinan tradisional dijual di toko-toko tersebut.
Pukul 15.00 Mount Kinka Ropeway
Dari Kawaramachi, perjalanan dilanjutkan ke Gifu Castle. Untuk menuju kastil tersbut, penunjung leibh dulu melewati taman yang indah. DAun-daun pepohonan di tamna telah berubah warna menjadi kekuningan dan kmerahan.
Ada udap ilihan untuk sampai ke bangunan kastil Pertama, dengan Mount Kinka Ropeway alias naik semacam kereta gondola selama tiga menit. Kedua, degan berjalan kaki mengitari jalur mendaki selam satu jam. Kami memilih yang pertama.
ADri dalam gondola yang menanjak, terlihat pemandangan kota Gifu dengan alrian Sungai Nagarawa membelahnya. Perjalanan tdiak berhenti setelah turuh dari gondola.
Masih ada jalur jalan kaki berkelok-kelok dengan tangga batu untuk ditempuh selama 20 menit. Barulah terlihat dihadapan megahnya Gifu Castle.
Gifu Castle
Kastil ini dibangun di puncak Bukit Kinka setinggi 329 mdpl. Pembangunannya dimulai pada periode Kamakura (1201-1204) ole hJoshu Nikaido Yukimasa untuk tujuan pertahanan. Dulu kastil ini dinamakan Inabayama dan mulai dikenal saat  oda Nobunaga merebut dan menguasai daearah sekitarnya.
Tahun 1601, Gifu Castel hancur. Kastil yang berdiri sekarang ini meruapkan  hasil rekonstruksi pada Juli 1956 oleh Castel Restoration Aliance. Tingginya mencapai 17,7 m, terdiri atas empat lantai di area seluas 446,77 m².
Saat ini Gifu Castle difungsikan sebagai museum. Isinya, antara lain, koleksi senjata, pakaian perang, dan perjalanan sejarah kastil. Pada lantai paling atas terdapat dek observasi tempat pengunjung bisa melihat keempat penjuru kota Gifu.
Jumat (8/12), Pukul 09.00 Sanmachi
Dari kota Gifu, perjalanan dilanjutkan ke kota Takayama yang berjarak sekitar dua jam naik kerea pada sore hari. Setelah istirahat, pagi harinya perjalanan dimulai di kawsan kota tua Sanmachi. Pagi itu rupanya salju mulai turun.
Aktivitas pasar pagi yang khas di kawsan tersebut sudah ramai. Para pedagang menjual bahan makanan, buah-buahan, sayuran, hingga makanan dan souvenir.
Mirp seperti Kawaramachi, sejalur jalan Saramachi berisi deretan bangunan tradisional yang masih terawatt dengan baik sejak periode Edo (1600-1868). Bangunan itu kini juga difungsikan sebagai rumah, toko, galeri seni, kafe, dan pabrik sake. Beberapa pabrik sake di antaranya telah berdiri selama beberapa ratus tahun.  Pertokoan di tempat itu buk pukul 09.00-17.00
Pukul 10.30 Hidaji Srubobo Shop
Boneka sarubobo adalah kerajinan khas Takayama. Sarubobo artinay ‘monyet kecil’. Bentuknya sperti orang, tetapi tanpa muka. Biasanya, sarubobo dibuat utnuk jumat keberuntungan.
Sarubobo dibuat ibu untuk anak perempuannya agar diberkati dengan pernikahan yang bahagia atau melahirka ndengan selamat . Boneka ini juga bisa digunakan untuk penolak bala.
Di toko Hidaji, pemiliknya  menawarkan kegiatan membaut sendiri bonkea arubobo. Tersedia boneka dengan waran pilihan masing-masing. Merah utnuk kebahagian keluarga, kuning untuk kesuksesan secara financial, hijua untuk kesehatan, biru untuk karier.
Beberapa lembar kain persegi kecil tersedia utnuk titulisi atau digambari doa, harapan, atau apa pun yang diinginkan. Kain harapan itu ditempelkan pada bagai ndada sarubobo. Boneka juga diberi rompi kimono. Setelah itu, sebuah jimat ditalikan melintang pada badannya.
“Good job”, kata Nyonya Hasegawa, pemilik toko. Pengunjung bias membawa pulang boneka sarubobo yang dibuat. Tarif membuat sendiri boneka sarubobo 1.300 yen (sekitar Rp 155.000) per orang.
Pukul 12.00 Kuliner Hoba Miso
Tiba waktu makan siang. Restoran Suzuya menjadi tujuan karena menyajikan kuliner khas Takayama, yakni hoba  miso. Hidangan ini berupa olahan daging ayam atau sapi yang disajikan bersama aneka sayuran, seperti taoge, daun bawang, bawang bombai, dan jamur shitake.
Uniknya, sajian tersebut dimasak di atas daun hoba kering yagn diletakkan di atas tungku dnegna api kecil. Aneka sayuran dan daging dicampur dengan miso.
Daun hoba (magnolia) kering itu cukup lebar utnuk menampung seluruh bahan-bahannya. Untuk membuatnya matang, segala bahan diasuk besama-sama. “Silakan campur-campur.” kata Shirakawa Mamoru, chef sekaligus pemilik Suzuya, dalam bahasa Indonesia.
Setelah matang, hoba miso disantap dengan nasi hangat. Nyam…


Comments

Popular Posts