EKSPEDISI CINCIN API |KRAKATAO

Tukang-Jalan.com® - KRAKATAU memang tak hanya berarti petaka dan kematian. Tukirin dan para ahli botani telah memberikan pelajaran bahwa Krakatau juga seumber pengetahuan penting bagi geologi, vulkanologi, hingga biologi. Tracey Louise Parish dari Universitas Utrecht, Belanda, menyebutkan, Krakatau merupakan sebuah kasus yang unik dan tak ternilai yang mengisahkan bagiamana penghancuran dan pemulihan kehidupan kembali  di alam tropis yang kompleks.
Lebih istimewa lagi karena penghancuran dan pemulinan itu tercatat sedari awal. “Biografi Pulau Krakatau sangat lengkap. Terlengkap yang pernah dibuat di dunia ini. Hanya Krakatau, pulau yang sejak letusan dinyatakan streril selalu terdata secara reguler penambahan populasinya,” kata Tukirin. “Dalam hal ini, kita harus berterima kasih kepada ilmuwan dunia, khususnya Belanda, yang mencatat sejak dini.”
Selain itu munculnya Anak Krakatau juga memberikan kesempatan sekali lagi kepada peneliti untuk membangun teori tentang suksesi ekologi dan kolonisasi di sebuah pulau yang muncul dari laut. Tumbuhnya Anak Krakatau jua memberikan pembelajaran bagaimana letusan-letusan itu memengaruhi arah suksesi di pulau lain sekitarnya.
Krakatau memberikan pelajaran tentang Bumi yang hidup dan terus tumbuh. Kelahiran dan kematian gunung api, lalu kebangkitan kembali ekoloti di tabula rasa, adalah pokoknya.
Namun, sudah kita belajar?
Hidup berdamping dengan gunung api merupakan kemestian yang dialami masyarakat Nusantara sedari dulu. Diberkahi 129 gunung api aktif, atau 30% dari gunung api di dunia, tak memungkinkan kita menjauhinya di balik ancaman dan petaka yang dikrimnya, gunung api menciptakan bentang alam Nusantara yang istimewa dan unik, selain juga kekayaan mineral dan panas bumi yang berlimpah. Namun, pertanyaan kuncinya adalah bagaimana siasat kita hidup berdampingan dengan gunung-gunung api itu?
“Selama ini kita baru sedikit mengetahui soal Anak Krakatau dan jua kaldera Proto Krakatau. Penelitian tentang hal ini masih sangat kurang,” kata Sutikno Bronto, “Bahkan, masih banyak masyarakat yang tidak tahu keberadaan kaldera-kaldera tua itu.”
Minimnya pengetahuan dasar tentang Krakatau ini membuat pengetahuan tentang potensi ancaman dari Anak Krakatau yang terus tumbuh mmebesar itu juga nyaris tidak ada. Bagaimana mau melakukan mitigasi bencana jika kita tak cukup pengetahuan tentangnya. “Semuanya bermuara pada minimnya dana dan perhatian ke soal-soal gunung api,” keluh Surono.
Dia menceritakan, saat Anak Krakatau menggeliat di bulan Oktober 2001 itu, selama lebih dari dua minggu, pusat control gunung api di kantornya kehilangan akses langsung terhadap perkembangan Anak Krakatau dan gunung-gunung api di Indonesia. “Sambungan satelit diputus karena tagihannya tidak dibayar,” kata Surono. “Akhirnya kembali ke manual, perkembangan situasi gunung api dilaporkan lewat SMS, faks, dan telepon.”
Surono juga menceritakan tentang kurangnya alat, petugas pemantauan, dan tenaga ahli yang menangani gunung api. “Belum semua gunung api terpantau. Kami terpaksa memilih mitigasi tehradap gunung api yang letusannya bisa berdampak besar terhadap masyarakat,” katanya.
Setiap tenaga ahli di PVMBG, kata Surono, harus menangani minimal lima gunung api. “Ini kondisi sangat tidak ideal. Di jepang, satu gunung api dikeroyok oleh puluhan ahli,” katanya.
Bahkan, Singapura yang tak memiliki gunung api selangkah lebih maju di bandingkan Indonesia. Negara tetangga yang relative aman dari bencana geogoli ini memiliki pusat kajian tentang gunung api, Earth Observatory of Singapore, di bawah naungan Nanyang Technological University. “Beberapa ahli kita bergabung di sana,” kata Surono. Kedepan, barangkali Indonesia harus belajar tentang gunung api dari singapura.
Seperti penelitian geologi dan vulkanologi yang minim, perhatian di bidan botani juga sangat kurang. “Yang memanfaatkan Krakatau, laboratorim suksesi alam satu-satunya dan terlengkap, kebanyakan peneliti dan media asing,” kata Tukirin.
Tukirin satu-satunya peneliti botani dari Indonesia, yang bertahan menekuni suksesi Krakatau. “Saya menjadi peneliti Krakatau awalnya karena kebetulan. Semua penelitian saya ke Krakatau sejak 1980-an tidak dibiayai Pemerintah Indonesia sepeser pun, tetapi nebeng dari penelitian universitas dan lembaga luar negeri,” kata Tukirin, yang ke Krakatau minimal setahun sekali ini.
Kita memiliki keajaiban alam tiada duanya, tetapi tidak peduli. “Saat ke Oxford, ditanya saya meneliti Krakatau, professor di sana langsung bilang, Krakatau selalu jadi rujukan dalam kuliah biogeografi. Di sekolah-sekolah di Jepang, pelajaran tentang suksesi primer juga selalu mengambil contoh Krakatau. Tapi, di Indonesia banyak yang tak paham soal keunikan Krakatau ini,” katanya.
Senja mulai menjelang saat perahu kayu membelah gelombang, meninggalkan kehidupan dan kehijauan yang mulai pulih di tengan keterpencilan kompleks Krakatau. Tukirin sekali lagi menatap puncak Anak Krakatau yagn mengepulkan asap tipis. “Semakin lama, pemulihan alam di Krakatau semakin sulit karena hutan di Jawa dan Sumatera yang menjadi sumber benih semakin hilang,” ujarnya.
Kekhawatiran Tukirn perlahan mewujud. Perlahan-lahan bayangan kawasan pesisir Banten kian jelas dan membesar. Lampu-lampu hotel , perumahan, dan cerobong asap pabrik menyesaki pinggi pantai ,tak menyisakan lagi ruang bagi hutan. Sepanjang kawasan yang pernah tersapu tsunami letusan Krakatau itu kini penuh sesak dengan manusia.
Hampir malam saat kami tiba di Pantai Carita-Anyer, debur ombak memecah pantai. Angin sepoi-sepoi. Nun jauh, dalam samar, Anak Krakatau bediam diri di tengah laut. Inilah pantai yang sejak zaman Belanda telah menjadi tempat warga Jakarta lari dari penat.
Tsunami setinggi 25 m yang pernah melanda kawasan ini saat Krakatau meletus pada 1883 nyaris tak terlihat jejaknya selain karang sebesar rumah yang terserak di pekarangan salah satu hotel di sana. Tak banyak pengunjung yang mengenali riwayat batu karang itu yang, menurut catatan Simkin dan Fiske (19830, terbongkar dari bawah laut dan terseret ke pantai karena empasan tsunami.
Bagi ketua perhimpunan hotel dan restoran Indonesia provinsi banten. Gunung ANak Krakatau dan aktivitas vulkaniknya merupakan asset wisata belaka. “Anak Krakatau itu bukan ancaman, tapi potensi wisata yang dapat dimanfaatkan untuk mengundang wisatawan datang ke Banten, terutama ke kawasan pantai sepanjang Anyer-Carita,” kata Achmad.
Pada saat gelombang Selat Sunda tidak tinggi dan cuaca cerah, wisatawan dapat diajak melihat panorama Anak Krakatau lengkap dengan lelehan lava pijar maupun letupan seperti kembang api di malam hari ketiak gunung api tersebut sedang beraktivitas vulkanik. “Anak Krakatau sudah masuk ke dalam paket wisata yang ditawarkan agi turis yang hendak berkunjung ke Indonesia, baik mereka yang datang berwisata melalui Lampung maupun Banten,” katanya.
Sekalipun Anak Krakatau terus memberikan peringatan dengan letusan-letusan kecil nyaris sepanjang tahun, nyaris tak ada kekhawatiran bahwa bencana akan mungkin kembali terulang. Cara pikir masyarakat di pesisir Banten dan Lampung itu mengingatkan pada keadaan sebelum letusan Krakatau 1883.
“Memang ,setiap orang pernah mendengar cerita tentang letusan di zaman kuno, dan ada orang yang mengamati peta dan beranggapan mereka pernah mendengar cerita ketika Jawa dan Sumatera merupakan satu pulau yang kemudain terbelah menjadi dua akibat peristiwa vulkanik mahadahsyat di zman dulu,” tulis Winchester. “Sebagian orang waktu itu beranggapan Krakatau sudah lama padam dan tidak lagi berbahaya.”
Sejarah seperti berulang. Anak Krakatau bagi kebanyakan orang hanyalah tontonan, dan batu pijar yang kerap dilontarkannya seolah kembang api tahun baru yang sama sekali tidak berbahaya. “Asalkan tak terlalu dekat,” kata Achmad. Sungguh, sejarah kehancuran itu sudah terkubur dalam-dalam di benak masyarakat. [*/tukang-jalan.com dari KOMPAS, |OLEH : AHAMD ARIF,INDIRA PERMANASARI, YULIVINUS HARJONO,C ANTO SAPTOWALYONO]
Baca juga : Krakatau menyingkap rahasia kehidupan bisa juga disaksikan melaui audio visual dengan judul Krakatau, krakatu reveal (BBC) dan Journey from the center of the earth. Jejak ekspedisi melalui foto 360 derajat ‘virtual reality’ di www.cincinapi.com. Ekspedisi cincin api Krakatau menyingkap kehidupan bisa diunduh melalui App Store. Lihat juga video nya “Krakatau Purba dan Letusannya” di vod.kompas.com/krakataupurba dan sebagai selingan bisa unduh article : pulang ke rumah desa

Keywords :  Krakatau,Anak Krakatau
Tags :  Anak Krakatau,krakatu,Supervolcano.
Description :   15 Agustus 2011, Langit cerah tanpa awan. Matahari terasa dekat, teriknya memanggang. Puncak Anak Krakatau menyemburkan asap tipis, delapan puluh meter dari jangkauan. Batua nlepas berguguran saat diinjak dan udara bertuba menyesakkan napas.
Excerpt : DI balik kedahsyatan letusannya, Krakatau mengajarkan tentang kekuatan daya hidup. Sedemikian dahsyat daya hancur gunung ini, sedemikian cepat pula kehidupan kembali hadir. Dimulai dari laba-laba yang merajut jejaring di atas hamparan tabula rasa, aneka jenis makhluk hidup kemudian tumbuh dan berkembang di sana. Krakatau membangun tubuhnya, menghancurkan diri, lalu melahirkan Anak Krakatau, untuk menempa kita agar bersiasat hidup bersanding alam.

#Tim ekspedisi  cincin api menapak lereng Gunung Anak Krakatau, Perairan Selat Sunda, Senin (15/8). Sejauh mata memandang menuju puncak kaldera Gunung Anak Krakatau, hanyalah jalur berpijak yang rawan longsor berupa batuan runcing, pasir, abu, dan bom-batuan pijar yang telah mendingin.
#Gunung Anak Krakatau lahir kembali dari kedalaman 180 m, pascaerupsi tahun 1883, dan terus bertambah tinggi hingga saat ini, Perairan Selat Sunda, Rabu (17/8). Gunung di tengah Perairan Selat Sunda di antara Pulau Jawa dan Sumatera ini menarik untuk dicermati, tak hanya dari atas, tetapi juga dari bawah permukaan air tempat ia berada.

 A

Comments

Popular Posts