PESONA NUSANTARA

Tukang-Jalan.com GRANIT di pesisir Anambas beraneka rupa. Ada yang berbentuk seperti tugu dan tersusun dari tumpukan beeberapa batu. Ada juga garnit yang dari jauh seperti tangan digenggam dan jempol ditunjukkan.
Selain di pesisir, granit jgua tesebar di tengah pulau. Sebagian rumah warga dibangun di antara granit. Bahkan, tidak sedikit rumah dibangun dengan granit sebagai pondasinya.
“Di tempat lain, granit jadi hiasan. Di Anambas, dipakai untuk fondasi bangunan,” ujar Saha, warga Pulau Jemaja, salah satu pulau di Anambas.
Saat demam batu mulia melanda, banyak orang mengasah granit itu dan menjadikannya hiasan. Setelah demam itu lewat, granit Anambas tetap berdiri seperti sejak berabad lalu.
Tidak hanya granit menghiasai pesisir Anambas. Pantai berpasir halus dan berwarna krem membentang di pesisirnya. Pantai berpasir biasanya ada di sisi selatan dan timur. Semenrtar granit-granit raksasa di sisi utara dan barat.
Hal itu sesuai dengan kondisi cuaca di Anambas. Setiap Oktober hingga awal Maret, Anambas mendapat kiriman angin kencang dan ombak tinggi dari utara. Warga menyebutnay usim utara. Pada Juni hingga awal Agustus, angin kencang dan ombak tinggi datang dari barat.
“Waktu pertama datang ke sini beberapa tahun lalu, saya bingung ada musim berdasarkan nama mata angin,” ujar Daniel Simorangkir, pria asal Sumatera utara yang ditugaskan TNI AL di Anambas.
Bakar ikan
Penting bagi pelancong untuk memperhatikan musim yang tengah melanda Anambas. Salah watu, rencana pelesiran bisa berantakan. Pating tepat datang pada April hingga Mei. Dalam periode it, laut Anambas setenang telaga. Latuan yagn menghadap Laut Cina Selatan setenang kolam di halaman rumah.
Laut tenang dan jernih, angin sepoi-sepoi membaut orang betah duduk di pantai-pantai Anambas. Di Jemaja, ada Pantai Pandang Melang dan Pantai Kusik. Pasir di Padang Melang membentang sepanjang 6 km dan lebar 30 m. di Kusik, pantainya membentang sampai 3 km.
Pulau-pulau kecil di sekitar Jermaja juga punya pantai-pantai lebih pendek. Di Pulau Ayam yang terletak di timur Jemaja, ada pantai sepanjang 1,5 km. hampir sepanjang tahun, permukaan laut di sekitar pulau itu tenang karena terlindung Pulau Jemaja dan sejumlah pulau lain di sekitarnya.
Sementar di Pulau Mangkai, ada pantai kurang ari 1 km. di sana, pelancong bisa menunggu penyu bertelur antara Juni dan September. Di luar periode itu hanya sesekali penyu datang ataus sekadar berenang mendekat ke pulau.
Di pantai pulau-pulau kecil itu, epngunjung sebaiknay membawa bekal. Dari 255 pulau di Anambas, hanay 26 dihuni. Sisanya kososng sejak ratusan tahun lalu. Sebagian pulau berpenghuni sekalipun ada yang penduduknya minim, lima orang seperti di Pulau Ayam. Pulau itu didiami Khairil dan keluarganya.
“Saya tinggal di di sini sejak lahir. Sekarang saudara-saudara saya pinadh ke pulau lain,” ujar Khairil.
Sebagian besar pulau punya sumber air. Paling tidak ada air kelapa yang tumbuh di hampir semua pulau. Sementara makanan bisa  berupa ikan bakar. Ikanya dapat dibeli dari nelayan yang hilir mudik di perairan Anambas.
Harganya ekonomis. Seekor tongkol dengan berat 3 kg dijual Rp 20.000. Nelayan Anambas menjual ikan dengan melihat panjangnya yang dijula per ekor. Aneka jenis kerapu dijula rata-rata rp 70.000 per ekor. Ukurannya rata-rata 1 kg per ekor. Namun, kerapu jarangdijual di laut, berbeda dengna ankea jenis tongkol, manyuk, atau ikan karang lain yang kerap ditangkap nelayan. Sebagian besar ekrapu Anambas dipelihara.
Dibeli pelancong
Ikan-ikan yang dibeli dari nelayan itu biasanya dibawa pelancong ke pulau. Di sana, dari kayu-kayu yang sudah lama mati, pelancong membuat api  lalu membakar ikan.
“Saya baru sekali ini makan ikan setengah matang. Setelah berenang, kami membakar ikan. Di bagian luar sudah hangus. Ternyata bagian dalam belum terlalu matang. Namun, enak juga. Tidak amis seperti ikan di Jakarta. Ikan segar memagn berbeda dengna ikan yagn sudah lama mati,” kata Doni, pelancong asal Jakarta.
Doni dan rekan-rekannya tidak sengaja membeli ikan segar tersebut. Perahu yang mereka tumpangi kebetulan berpapasan dengan perahu nelayan. Setelah bercakap-cakap. Doni dan rekan-rekannya malah tertarik untuk membeli ikan yang baru beberapa jam lalu ditangkap di sekitar Jemaja.
Sebanyak 10 ikan di perahu nelayan berpindah ke perahu yang ditumpangi Do
ni dan kawan-kawannya. Ikan-ikan itu tidak dibayar langsung
“Bayar setelah kami kembali ke Letung (wilayah teramai di Jemaja),” kata Doni.
Padahal, ada jeda Sembilan jam sejak transaksi itu terjadi sampai Doni bertemu nelayan itu di Letung. Sebelum perjumpaan tidak sengaja itu, nelayan dan Doni sama sekali tidak pernah bertemu atau saling kenal. “Saya terkejut begitu mudah dipercaya di sini. Tidak mungkin bisa seperti itu di Jakarta,” ujarnya sembari tergelak.
Terlambat ke Anambas
Ia mengaku menyesal baru di awal 2017 tiba di Anambas. Sejak lama dirinya sudah mendengar keindahan di anambas. “Di sini mau melihat terumbu karang tidak harus bisa menyelam. Dari pangtai, hamparan terumbu karang sudah ada di jarak 5 m dan kedalaman kurang dari 2 m,” tuturnya.
Kendala utama yagn ditemui oleh para pelancong adalah transportasi menuju Anambas. Transportasi ke wilayah itu hanya tersedia satu kali penerbagnan setiap pekan dari Tanjung Pinang dengan pesawat berkapasitas 12 penumpang. Dengan pesawat, ke Anambas memakan waktu 1,5 jam dari Tanjung Piang, ibu kota Anambas.
Sementara dengan kapal cepat dari Tanjung Pinang, Anambas dijangkau dalam Sembilan jam. Di Anambas, transportasi menggunakan perahu. Karena terdiri atas ratusan pulau, wajar tarnsportasi utama adalah perahu atau kapal.
Selain itu, ada masalah telekomunikasi karena keterbatasan sinyal. Di banyak lokasi, sama sekali tidak ada sinyal. “Justru sebenarnay bagus karena bisa sejenak lepas dari dunia luar. Benar-benar focus menikmati keindahan Anambas,” ujar Prambudi, pelancong dari Tanjung Pinang. [*/tukang-jalan.com dari Kompas, Jumat, 12 Mei 2017 | Oleh : Kris R Mada]
Keywords : Anambas , Pulau Ayam,Pulau Mangkai,Pantai Kusik,Pantai Pandang Melang,Pulau Jemaja.
Tags : ikan bakar diantar batu
Description


Comments

Popular Posts