Debur ombak pantai di sepanjang kawasan Desa
Wisata Sawarna yang terletak di Kecamatan Bayah, Lebak, Banten, adalah pesona
yang tak henti memikat hati. Pada jejaknya yang tertinggal di pasir, pada
percik air asinnya yang beterbangan kala menabrak bibir karang, hingga derunya
yang seolah menggemakan irama samudra ke seluruh semesta. Ada keindahan selaksa
magis. Keindahan yang menggenapi keping-keping keindahan lain adri seluruh
pelosok negeri.
KAWASAN Desa Wisata Sawarna yang penuh keindahan itu membnetang di sepanjang
garis pantai yang berbatasn langsung dengan Samudera Hindia di sisi selatan.
Garis pantai yagn amat panjang itu menghadirkan pantai-pantai indah dengna
bentang alamnya yang menakjubkan.
Tercatat, di
kawasan ini terdapat sejumlah pantai, mulai dair Pantai Pasir Putih Ciantir,
Pantai Tanjung Layar, Pnatai Legon Pari, Pantai Karang Taraje, Pantai Goa
Langir dengan Goa Langirnya, hingga Pantai Pulo Manuk. Jika diurut di sisi
timur, ada Pantai Karang Taraje dan di sisi barat ada Pantai Pulo Manuk.
Setiap
pantai memiliki keindahan masing-masing. Untuk menjelajahi seluruh pantai,
waktu 24 jam tak akan cukup. Terlebih di antara pantai-pantai tersebut juga
terdapat Tebing Karang Bokor alias Karang Bokor Cliff yang memiliki keindahan
tak kalah dahsyat. Begitu juga dengan goa-goa purba yang menyimpan keindahan
misterius.
Senin (11/9/2018) lalu, pilihan untuk
menikmati salah satu pantai indah di kawasan Sawarna jatuh pada Pantai Goa
Langir. Sungguh sebuah pilihan acak yang membuat hati bahagia. Pantai Goa Langir
adalah pantai yang sangat indah. Di sana, waktu seolah lesap tak berbekas.
Keindahan demi keindahan tak habis untuk dijelajahi dan dinikmati.
Bergulung-gulung Begitu kaki menjejak pantai, indera
penglihatan segera disuguhi pemandangan pasir pantai yang luas membentang
berlatar birunya laut luas. Debur ombak dari pantai yang berbatasan langsung
dengan Samudra Hindia itu begitu membahana.
Di laut, ombak tinggi terlihat bergulung
susul-menyusul, tak bosan berkejaran hingga menyentuh bibir pantai. Ombak-ombak
Pantai Sawarna seperti inilah yang kerap menjadi buruan para peselancar. Ombak
yang seolah selalu siap menumpahkan amarah, menantang untuk diburu dan
ditunggangi.
Sayang, hari itu tak tampak seorang
peselancar pun yang tengah mengejar ombak. Siang itu, pantai yang sekaligus
memiliki goa yang agak tersembunyi dari bibir pantainya, disebut juga Goa
Langir, cenderung sepi.
Tak terlihat aktivitas di warung-warung
atau restoran di sekitar pantai karena tak ada satu pun yang buka dan menerima
tamu. Begitu juga dengan penginapan-penginapan di sekitarnya. Menurut warga
setempat, hari Senin memang cenderung sepi karena pengunjung sudah berdatangan
di akhir pekan.
Hanya ada beberapa wisatawan lokal yang
datang menikmati keindahan Pantai Goa Langir. Beberapa anak berseragam SMA juga
terlihat duduk-duduk bergerombol melepas penat di salah satu sudut warung. Tak
jauh dari mereka, di dahan-dahan pohon, kera-kera berlompatan menampakkan diri
tanpa rasa takut.
Kawasan pantai yang tak jauh dari Goa
Langir itu terlihat paling memesona. Di antara karang-karang di beberapa bagian
bibir pantai, lumut-lumut hijau yang tumbuh di bebatuan karang mendatar yang
rutin dijamah air laut menyuguhkan pemandangan eksotis. Betapa seluruh
keindahan seolah menyatu di tempat itu.
Langit yang biru menggantung, debur ombak
yang berkejaran dan pecah di batu karang, lumut hijau yang kontras dengan biru
laut di kejauhan, serta lanskap tebing karang nan menjulang tinggi di
sekitarnya. Orkestra alam nan megah yang memikat hati siapa pun.
Jika masih tersisa sedikit waktu, Goa
Langir yang tak jauh dari bibir pantai memanggil-manggil untuk dijelajahi.
Nikmati kesunyiannya yang misterius dengan pemandangan stalagtit dan stalagmit
yang memesona. Dari jauh, debur ombak terus bergema menyuguhkan irama dari
dasar samudra.
Icad, pengunjung asal Banten, pun mengagumi
keindahan Pantai Goa Langir. Menurut dia, pemandangan yang tersaji di Pantai
Goa Langir tak kalah dari keindahan pantai-pantai Laut Selatan lainnya.
”Enggak kalah juga dengan pantai-pantai di
Bali. Hanya perlu ditata lagi agar lebih indah dan lebih bersih,” tambah Dimas
yang berkunjung bersama Icad dan dua rekan lainnya, Rado dan Rendi.
Tebing indah
Tak jauh dari Pantai Goa Langir, terdapat
Tebing Karang Bokor yang tak kalah memikat. Dari Hutan Seketeng yang berhadap-
an dengan Tebing Karang Bokor, pemandangan pantai berkarang dengan ombak
berbuih yang menjilat bibir pantai tanpa henti begitu indah untuk dinikmati.
Para pencari ikan yang tengah memancing di tepi pantai menggenapi pemandangan
indah itu.
Tebing Karang Bokor hanya bisa dinikmati
keindahannya dari posisi yang agak jauh. Bentuknya berupa batu karang menjulang
yang ditumbuhi sedikit vegetasi. Di bagian bawah, ombak samudra yang datang
tanpa henti terus-menerus menabrak tubuh karang hingga mengeluarkan buih dan
suara yang menggelegar. Jika tak ingat waktu, rasanya tak ingin segera beranjak
pergi.
Siang itu, Hutan Seketeng juga terlihat
sepi. Hanya ada beberapa pengunjung yang tampak bersantai di kursi-kursi yang
tersedia sembari menikmati keindahan Karang Bokor dari kejauhan. Di tengah
keheningan, suara alam terasa merengkuh semakin dalam.
Sajian sari laut nan lezat menggenapi
penjelajahan di sepanjang Desa Wisata Sawarna. Baru menjelang sore kaki
menjejak Pantai Pulo Manuk yang masih berada di kawasan Bayah, tak jauh dari
jalan utama Desa Sawarna.Pulo Manuk artinya ’pulau burung’. Diberi
nama Pulo Manuk karena dahulu, Pulo Manuk merupakan kawasan yang banyak
disinggahi kawanan burung. Dalam keadaan surut, jenis burung seperti kuntul dan
camar kerap tertangkap mata tengah mencari makan di antara hamparan karang yang
luas.Tidak hanya hamparan karang, di sini
pengunjung juga bisa menikmati pasir pantai nan lembut dan debur ombak yang tak
kalah indah.Satu hal yang barangkali kerap luput dari
perhatian pengunjung. Di balik keindahan Pulo Manuk, tersimpan cerita kelam
tentang kekejaman Jepang.
Di sana, pernah berdiri Stasiun Kereta Api
Bayah yang menghubungkan Pulo Manuk dengan Saketi dan Rangkasbitung hingga
berakhir di Jakarta yang dibangun oleh romusha.
Kiranya, debur ombak di Sawarna telah
memupus seluruh kepedihan dan menggantinya dengan decak kagum karena
keindahannya.[Sumber:
Kompas, Minggu, 23 September 2018|Oleh: Dwi
As Setianingsih]
Comments
Post a Comment