NUSANTARA| PESONA NUSANTARA
Menyapa
Penghuni Pulau Ular
tukang-jalan.com® – PULAU tersebut sebenarnya merupakan sebuah
batu karang seluas sekita 800 m² yang berjarak kurang lebih 500 m
dari bibir pantai di Desa Pai, Kecamatan Wera. Karan batu karang ini menjadi
habitat bagi ratusan, bahkan ribuan ular laut (Laticauda colubrina), warga sekita menamainya Pulau Ular.
Pada Rabu (11/1) pukul 14.00, Susana
pantai di Desa Pai sepi. Hidman (45), nelayan, tersenyum menawarkan jasa natar
menuju ke Pulau Ular. Ia meminta tariff Rp 100.000 per orang. “Sepi Pak kalau
hari biasa. Kalau hari Minggu atau hari libur bisa ratusan orang yang datang,”
katanya.
Belum ada data akurat mengenai
jumlah pengunjung karean sejak tahun 1990-an, ketika Pulau Ular menjadi oebyek
wisata, pengeloalaannya dipegangwrga sekitar tanpa pembukuan yang rapi.
Meski saat itu gerimis dan awan
gelap menggantung di langit, Hidman memastikan kunjungan ke Pulau Ular bisa
dilakukan. Ia pun menyiapkan sebuah perah motor berkapsitas 15 orang. Nelayan
lainnya, Hasan (40), sudah di atas perahu siap mengemudi.
Perjalnan menuju Pulau Ular memakan
waktu kurang dari 5 menit. Selama perjalanan itu, wisatawan disguhi pemandang
Gunung Saneang di sebelh utara. Sayang karena gerimis, Gunung Sangeang tertutup
kabut. Jika cuaca cerah, Pulau Banta atau Gili Banta (NTB) dan Pulau Komodo
(NTT) di bagian tenggara juga akan jelas terlihat.
Air itu jernih sehingga terumbu
karang di bawahnya bisa terliaht dari atas perahu. Ketika menjejakkan kakai di
Pulau Ular, rasa cemas mulai bercampur aduk dengan rasa penadaran. Cemas karean
menyadari bahwa ada ribuan ular berbisa di pulau itu dan penasaran karean tidak
ada satu pun ular yang terlihat.
“Sebentar tunggu dulu di sini Pak,”
kata Hasan. Dengan lincah, dia berjalan di atas bebatuan karang dan mengitari
PuLau Ular. Ia terus mengamati celah-celah yang ada batu karang dan menghilang.
Tidak lama kemudian, ia muncul dengan membawa dua ekor ular laut bercorak
belang hitam an putih di tangan kirinya.
“Silakan kalau ingin pegang,”
katanya. Begitulah perosedurnya. Wisatawan dianjurkan memenga ular laut itu
setelah ular itu dipegang warga sekitar. Nelayan juga tida serta-merta
menyodorkan ular itu kepada wisatawan karena mereka paham bahwa tak semau orang
berani mendekati ular.
Alan Irmansyah (28), warga Kota
Bima, misalnya, meski berani menginjakkan kaki di pulau itu. Sejatinya dia
takut ular. Karena itu, dia hanya memperhatikan ular-ular itu dan sesekali
memotretnya.
“Toh kalau ke tempat in itidak harus
memegang ular. Menikmati pemandangannya saja sudah cukup mengasyikkan,”
ujarnya.
Bagi yang berani, pengalaman tak
terlupakan segera dirasakan. Ketegangan menguasai pikiran pada menit-menit
pertama ketika ular itu merambat pelan di pergelangan tangna. Ular itu juga
seolah tak merasa terganggu. “Tidak pernah ada cerita orang digigit ular di
sini,” ujar Hasan sambil melilitkan ular itu ke pergelangan kakinya.
Mitos
Perilaku unik ular-ular itu pun
kemudian dijelaskan oleh warga sekitar mellui sebua hmots. Hidman menuturkan
bahwa Pulau Ular itu konon melrupakan sebuah kapal Portugis yang terbalik.
Ular-ular laut itu merupaka nawak kapal yang terperangkap. Warga kemudian
beranggapan bahwa ular itu jinak karena merupakan jelmaan manusia.
Awalnya kata Hasan, warga sekitar
juga takut menginjak Pulau Ular. Namun, pada tahun 1990-an, ada emapt pemuda
yang nekat mengunjungi pulau itu. Mereka terkejut karena ternyata ular-ular itu
tidak menggigit ketika dipegang. Kabar itu tersiar dan semakin banyak orang
yang berani ke pulau itu.
Bagaimana dengan keselamatan
ular-ular itu? Hasan menuturkan, ada cerita lain lagi untuk dijadikan
peringatan bagi wisatawan. Cerita itu mengisahakna tentang orang-orang yang
membawa ular itu ke luar pulau Ular. Tiga hari kemudian, orang tersebut celakan
dan meninggal.
Cerita-cerita itu biasanya
disampaikan para nelayan saat mengantar para wistawan. Semalin emgnantar
wisatawan, apra nelayna ini juga piawai menjadi pemandu wisata. Menrut Hasan,
Pulau Ular merupakan harapan mereka untuk mendapatkan penghasilan di luar
mencari ikan.
Bagi Pemkab Bima, Pulau Ular
merupakan potensi wisata andalan. Letaknya sangat strategis di dekat destinasi
populer seperti Pulau Komodo. Pulau Ular juga terletak di dekat Pelabuhan SApe
yang merupakan pintu dari Pulau Sumbawa menuju ke wilayah NTT.
“Pulau Ular ini menjadi bagian dari
paket zona wisata Pesona Sangeang. Rencana induknya sedang kami susun,” kata
Kepala subbagian informasi dan pemberitaan pemkab Bima.
Meski menjadi potensi wisata unggulan,
Pulau Ular masih kurang tertata. Belum ada sarana pendukung di obyek wisata
itu. Satu-satunya peranda hanyalah sebuah gapura bertuliskan “Obyek Wisata
Pulau Ular” sebagai pintu masuk di pinggir Jalna Wera-Sape. Wisatawan sebaiknya
jgua membawa bekal makanan karena tidak ada warung makan di kawasan itu.
Sekitar 10 km sebelum mencapai Pulau
Ular, wisatawan yang datang dari arah Sape harus melalui jalan yang rusak di
perbukitan. Dari Kota Bima, dengan melintasi Jalan Lintas bima-Sape, wisatawan
bisa menempuh jarak sektiar 70 km selama sekitar 3 jam untuk mencapai Pulau
Ular. [*/tukang-jalan.com®
Sumber : KOMPAS, JUMAT, 27 Januari 2017|Oleh HERPIN DEWANTO]
Baca juga : Menyusuri jalur impian
di selatan Malang.
Keywords : Pulau Ular,Ular laut,ular
laut belang,
Tags : Pulau Ular,Ular laut, Kabupaten
Bima, Desa Pai, Kecamatan Wera ,NTB.
Description : Ular laut yang tekenal berbisa menjadi begitu
jinak dan mudah sekali disentuh di Pulau Ular. Keunikan dan ‘keramahan’
ular-ular inilah yang kemudian menjadi daya tarik utama pulau yang berada di
Kabupaten Bima, NTB, tersebut.
Excerpt :.
#Seorang nelayan menunjukkan ular laut belang (laticauda colubrine) yang
menghuni Pulau Ular di Desa Pai, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, NTB, Rabu
(1/11). Pulau yang berupa batu karang itu merupakan habitat bagi ular-ular laut
tersebut. Meski terkenal berbisa dan berbahaya, ular-ular di Pulau Ular itu
sangat jinak sehingga menarik wisatawan untuk datang. Pulau Ular menjadi obyek
wisata andalan di kabupaten Bima.
Comments
Post a Comment