NUSANTARA| PESONA NUSANTARA
Menyapa
Baskara di Negeri Atas Awan
tukang-jalan.com® – WAKTU seolah melambat. Setidaknya bagi
para pengunjung di puncak Bukit Sikunir di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar,
Kabupaten Wonosobo, Jateng. Mereka terpana menyaksikan detik demi detik
keindahan sempurna baskara pagi yagn menyingsing. Para pemuja keindahan alam
menyebutnya golden sunrise. Matahari
terbit berwarna emas.
“Ada yang menyebut ini sunrise
tercantik di Indonesia,” ucap Faiz Pradana (28), penghobi fotografi alam asal
Jakarta. Sabtu (29/10) pagi, dia dan lima rekannya, tengah menyiapkan tripod,
kamera, dan lensa untuk bersiap mengabadikan momen-momen terbitnya surya.
Pemandangan matahari terbit dari
Puncak Sikunir, beberapa tahun terakhir, kian populer.
Lalu, apa bedanya dengan matahari
terbit di tempat lain?
Salah satu kelebihan Sikunir adalah
posisinya yang hampir sejajar dengna pucuk-pucuk gunung dengan akses yang sangat mudah dijangkau. Dieng, yang terletak
32 km sebelah utara pusat kota Wonosobo, adalah dataran tertinggi di Pulau Jawa
dengan ketinggan rata-rata 2.000 mdpl. Adapun Desa Sembungan memiliki
ketinggian 2.350 mdpl.
Artinya, hanya perlu mendaki sekitar
110 m vertical untuk mencapai puncak Sikunir (2.463 mdpl) yang menjadi titik
ideal menyaksikan matahari terbit.
Dengan posisi setinggi itu, tak ada
obyek penghalang saat matahari perlahan terbit di lengkung langit. Untuk menuju
Dieng, Anda bisa lewat Wonosobo ataupun Banjarnegara.
Pagi buta
Agar tak terlewat sedikit pun
momen-momen terbitnya matahari, sebaiknya berangkar dari rumah inap (homestay) di sekitar kompleks Candi
Dieng selambatnya pukul 03.00. pengunjun bisa menghemat waktu dengan menginap
di sejumlah homestay di Desa
Sembungan.
Sampai di lereng Sikunir tersedai
lapangan parkir luas yang dapat
menampung leibh dari 100 mobil. Lapangan ini berada di sisi Telaga Cebong. Saat
in ibanyak warung makan dan oleh-oleh di sekitar lokasi itu. Untuk masuk obyek
wisata itu, setiap pengunjung dikenai biaya Rp 10.000.
Perjalanan dilanjutkan dengan
mendaki Bukti Sikunir. Pengunjung akan melalui jalan setapk bertangga degan
pengaman bamboo.
Normalnya, perjalanan menuju puncak
bukit Sikunir ditempuh 30 menit-45 menit. Pengunjung jangan lupa menyiapkan
senter, jaket tebal, syal, dan pentup kepala. Saat kemarau, suhu udara di
Dataran Tinggi Dieng bisa mencapai minus 10ᴼC.
Walau perjalanan menuju puncak bukit
hanay sekitar 800 m, tetap butuh perjuangan. Terlebih lagi bagi yang sudah
berumur atau tidak terbiasa mendaki gunung. Langkah kaki memberat karena energy
juga dipakai menahan dingin.
Udara kian tipis. Napas mulai
tersengat, namun ritme langkah harus tetap diatur karena beberapa ruas jalan
cukup curam dengna kondisi tanah licin, terutam jika sebelumnya turun hujan.
Jarum jam menunjukkan pukul 04.30
saat tiba dipuncak Sikunir. Langit masih gelap. Empat puluh menit kemudian,
sekitar pukul 05.10, keindahan alam mulai tersaji. Lamat-lamat muncul semburat
oranye di garis horizon. Sinarnya memperjelas gumpalan awan kelabu yang
menghampar tepat di bawah Puncak Sikunir.
Obyek matahari yang perlahan
bergerak naik ke atas berada di antara puncak-puncak Gunung Sindoro, Sumbing,
Merbabu, Merapi, dan Telomoyo. Bahkan, Gunung Unggaran dan pantai utara di
Semarang juga terliahgt saat langit cerah.
Bunyi rana kamear para fotografer
saling menyahut. Semuar berusaha membidik momen teraik saat lengkung oranye
matahari terbit mulai terlihat bulat sempurna meninggalkan cakrawala.
Semain beranjak terang, para remaja
berebut swafoto. Adapula yang iseng melakukan telepon video dengan latar
belakang matahari terbit. “Enggak sanggup berkata-kata. Cantik banget.
Indonesia benar-benar indah,” ucap Slyvia Ratnasari (19), mahasiswi asal
Bandung.
“Mana ada di luar negeri potret alam
kayak gini,” ujar Jelita Indah Dewi (21), penghobi fotografi asal Semarang.
Menyaksikan kemegahan alam seanggun
itu, sebagian pelancong tak kuasa membendung hasrat memuja keindahan Tanan Air.
Muda-mudi membentangkan bendera merah putih di batang bamboo. Meski bukan hari
kemerdekaan, mereka kompak melantunkan “Indonesia Raya” sambil menghormat
bendera.
Waktu dan musim
Fenomena alam itu berlangsung
sekitar 30 menit dan perlahan memudar saat surya beranjak tinggi. Kabut
tersibak. Lekuk-lekun lahan pertanian Dieng yang tertutup awan terlihat.
Namun, jangan buru-buru turun saat
hari mulai terang. Jelajahi dulu seluruh puncak Sikunir sambil membuka bekal.
Pada akhir pekan dan libur, ada warung yang menjual makanan ringan dan minuman
hangat di puncak bukit. Ada pula toilet umum yang dikelola swadaya oleh warga
desa.
Lalu, kapan waktu yang paling tepat
menyaksikan fenomena golden sunrise?
Tidak ada yang paling sempurna. Setiap periode punya kekhasan tersendiri untuk
mendapatkan matahari terbit cerah tanpa selimut awan dan kabut, datanglah saat
musim kemarau, sekitar bulan Juli hingga September atau selambatnya pertengahan
Oktober.
Matahari terbit di akhir Oktober
hingga Februari juga tidak kalah bagus. Itu saat membuktikan julukan Dieng
sebagai “Negeri di atas awan”. Di wakut-waktu ini, matahari yang terbit akan
menyembul di atas lautan awan dengan latar belakang puncak-puncak gunung.
Pengelola Desa Wisata Sembungan,
Ngazudin, mengatakan, golden sunrise Sikunir jadi tujuan wisata sejak 2010.
Berada di Puncak Sikunir, duka dan
penat serasa sirna. Yang ada hanya hening, takzim, hingga tak sadar lutut
bertelut memuja kebesaran sang Khalik.[*/tukang-jalan.com®
Sumber : KOMPAS, JUMAT, 9 DESEMBER 2016|Oleh : GREGORIUS MAGNUS FINESSO]
Baca juga :
Keywords : Bukit
Sikunir,Baskara,Negeri atas awan,
Tags : Bukit Sikunir ,Desa
Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jateng.
Description : Pesona matahari terbit dari puncak Sikunir di
Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, akhir Oktober lalu. Dari
puncak bukit Sikunir di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, dengan tinggi 2.463 mdpl ini, lanskap matahari terbit telihat menyembul di atas
lapisan awan. Setiap pekan, ribuan wisatawan domestic dan mancanegara
mengunjungi lokasi ini. Keindahan panorama ini sering disebut sebagai golden sunrise atau matahari terbit
berwarna emas.
Comments
Post a Comment