EKSPEDISI CINCIN API |KRAKATAU-KEHIDUPAN
Tukang-Jalan.com®
- KEHIDUPAN ternyata hadir
dengan cara yang tak terduga. Ketika menyusuri lereng Anak Krakatau yang
tertutup lapisan putih belerang dan sepertinya muskil untuk dihuni makhluk
hidup, tiba-tiba kami dikagetkan teriakan Tukirin. “Lihat, banyak serangga di
sini.”
Dengan bergairah, Tukirin
mengumpulkan berbagai jenis serangga dari gundukan putih yang mengepulkan asap
tebal. Sebagian serangga telah mati terpanggang.
Tesembunyi di dalam cerukan bekas
aliran lahar yang dipenuhi pasir dan lapili-kepingana lava verongga bergaris
tengah 2-50 mm-Tukirin juga menemukan pakis kecil yang baru tumbuh. Tanaman
berwarna hijau pucat itu kontras dengan warna legam tanah.
Secepatnya kehidupan terenggut,
Tukirin menambahkan, secepat itu pula daya hidup datang menggeliat.
Krakatau menjadi ajang pertunjukan
daya tahan kehidupan yang luar biasa. Pemusnahan akibat letusan gunung api
Krakatau yang hiperaktif selalu diikuti dengan kemunculan kehidupan baru. “Tak
lama setelah letusan Krakatau pada Agustus 1883, telah ditemukan laba-laba.
Dialah spesies pertama di pulau gunung api ini,” kata Turin.
Dia kemudian menuturkan kisah
tentang kembalinya kehidupan di Krakatau. Kisah berawal dari perjalanan
bontanikus Belgia, Edmond Cotteau, yang datang ke Rakata pada Mei 1884, atau
Sembilan bulan setelah letusan. Cotteau datang bersama rombongan ekspedisi yang
dibiayai Pemerintah Perancis.
Bertolak dari Batavia menggunakan
kapal tongkang pengakut batu, rombongan kesulitan mendarat di Rakata. Pantai
yang mendangkal dipenuhi abu dan batu apung nyaris mustahil didekati kapal.
Setelah mengelilingi pulau itu, mereka kahirnya menemukan ceruk sempit di sudut
barat laut, yan diapit dinding lava terjal berlapis abu dan batu apung.
Cotteau dan rombongan awalnya hanya
menemukan alam gersang sebagaimana dilaporkan Verbeek. “Vegetasi menakjubkan
yang dulu sering dikagumi tidak tersisa. Yang terlihat hanyalan onggokan
tonggak pohon, yang memutih dan kering, di tengah hamparan dratan gersang.”
Namun, cotteau yang berjalan
sendirian kea rah selatan dari tempat pendaratan menemukan sesuatu yang
mengubah persepsinya. Di antara hamparan pasir yang panas, dia meliaht sesosok
makhluk keicl yang bergairah. “Laba-laba kecil itu sibuk membaut jaring di atas
pasir!” seru Cotteau.
Laba-laba itu seperti menemukan
jariang kehidupan di atas lapisan pertam tabula rasa. Dengan tekun, artropoda
(binatang beruas) ini menebar jaring untuk mencari makan.
Pemandangan itu membuat Cotteau
optimistis bahwa kehidupan baru kembali hadir di tabula rasa Rakata. “Sangaat
penting, menyaksikan langkah demi langkah kehidupan baru hadir di tanah ini.
Berkat kehangatan matahari tropis dan hujan yang berlimpah, tanaman hijau subur
dakan kembali puih,” sebut Cotteau.
Optimism Cotteau terbukti. Kehidupan
kembali pulih di Krakatau.
“Laba-laba aalah binatang yang
sangat pantorpis, tersebar di mana-mana. Anak laba-laba, yang halus seperti
debu, dengna mudah diterbangkan angin lalu diterjukan ke pulau ini,” ujar
Turkin menjelaskan.
Penelitian Ian Thronton di Anak
Krakatau menguatkan temuan Cotteau. Dalam bukunya, Island Colonialization, 2007, Thornton menyebutkan, organism
pertama yang membangkitkan kehidupan di tabul rasa Krakatau ternyata bukanlah
tanaman. Dalam system rantai makanan klasik, kehidupan berawal dari tanman atau
produsen, baaru kemduian diikuti kerbivora (spesies pemakan tumbuhan) lalu
karnivora (spesies pemakan hewan). Adalah artropoda (termasuk laba-laba)
penrjung paying dari luar area yang menjadi sumber energy utama pembangkit
kehidupan itu.
“Di area kosong Anak Krakatau, yang
tertutup sempurna abu dan lava, kam imenemukan sekelompok serangga penerjun
paying, sama dengan yang ditemukan di Gunung St Helens dan Hawaii setelah
letusan,” tulis Ian Thornton, yang pernah meneliti Krakatau bersama Tukirin.
Tahun 1985, Thornton memasang jaring
1,5 m di atas aliran lava yang mengering. Dalam 10 hari dia berhaisl
mengumpulkan 70 spesies artopoda, meliputi laba-laba, lalat, dan berbagai jenis
serangga lainnya. Dua puluh individu dikumpulkan per m² dalam sehari.
Diperkirakan sedikitnya setengah juta serangga
tiba di area seluas 2,34 km² di Anak Krakatau dalam kurun 10
hari.
Namun, kehidupan laba-laba di pulau
itu hanyalah sesaat. Di pulau yang kosong tak ada mangsa untuk dijerat.
“Laba-laba tidak dapat bertahan hidup lam di sana. Dia segera matai. Namun
,kematiannya sangat berhaga bagi Krakatau. Tubuhnya terurai menjadi maeri
organic yang nantinya diserap tumbuhan yang datang berikutnya,” kata Tukirin.[*/tukang-jalan.com
dari KOMPAS, |OLEH : AHAMD ARIF,INDIRA PERMANASARI, YULIVINUS HARJONO,C ANTO
SAPTOWALYONO]
Baca juga :
Krakatau menyingkap rahasia kehidupan bisa juga disaksikan melaui audio visual
dengan judul Krakatau, krakatu reveal (BBC) dan Journey from the center of the
earth. Jejak ekspedisi melalui foto 360 derajat ‘virtual reality’ di www.cincinapi.com. Ekspedisi cincin api Krakatau
menyingkap kehidupan bisa diunduh melalui App Store. Lihat juga video nya “Krakatau
Purba dan Letusannya” di vod.kompas.com/krakataupurba dan sebagai selingan bisa
unduh article : pulang ke rumah
desa
Keywords :
Krakatau,Anak Krakatau,Kehidupan.
Tags :
Anak Krakatau,krakatu,Supervolcano,Kehidupan.
Description
: Pemusnahan akibat letusan
gunung api Krakatau yang hiperaktif, selalu diikut dengna kemunculan kehidupan
baru.
Excerpt : DI balik kedahsyatan letusannya, Krakatau mengajarkan tentang
kekuatan daya hidup. Sedemikian dahsyat daya hancur gunung ini, sedemikian
cepat pula kehidupan kembali hadir. Dimulai dari laba-laba yang merajut
jejaring di atas hamparan tabula rasa, aneka jenis makhluk hidup kemudian
tumbuh dan berkembang di sana. Krakatau membangun tubuhnya, menghancurkan diri,
lalu melahirkan Anak Krakatau, untuk menempa kita agar bersiasat hidup
bersanding alam.
#Professor botani Tukirin Partomihadjo dari LIPI
mengambil sampel dari gundukan yang mengeluarkan uap panas dan gas di Lereng
Gunung Anak Krakatau, Perairan Selat Sunda, Senin (15/8/2011).
Comments
Post a Comment